top of page
  • Fierofea Books

The Clockwork Three—Book Review

Penulis: Rahma Fadhila


Hi Feries! Siapa yang sudah liat recommendaries di instagram @fierofeabooks? Kalau kita perhatikan judul blog hari ini, udah tau kan apa yang mau kita bahas?

Yap, kali ini Fierofea mau ngebahas buku The Clockwork Three lebih lanjut!

Terbayang gak sih apa yang bisa dilakukan oleh anak kecil berumur belasan tahun yang dibawa pergi ke negeri asing untuk dipekerjakan dan terpisah jauh dari keluarga?

Sedih? Udah pasti. Takut? Apa lagi!


Kira-kira itu lah yang harus dihadapi Giuseppe ketika terpaksa meninggalkan Italia. Berbekal kemampuan bermain biolanya, ia bertahan hidup setiap hari dengan mengamen di kota. Sesekali berebut tempat dengan anak-anak jalanan lain, namun sejak menemukan biola hijau ajaib di pelabuhan, ia sanggup menghasilkan uang sedikit lebih banyak. Seakan-akan, biola itu bisa menghipnotis orang lain dan membuat lagu yang dimainkannya terdengar lebih indah.

Emangnya dia gak bisa kabur? Bisa sih, yang jadi masalah ada banyak orang yang akan melaporkan gerak-geriknya. Pada awalnya, teman Giuseppe hanyalah pastor tua baik hati yang merawat Gereja Old Rock.


Bergeser ke sebuah toko jam di kota, anak laki-laki bernama Frederick tengah mengembangkan penemuannya—sebuah jam berbentuk manusia—secara diam-diam di ruangan bawah tanah milik Master Branch, pemilik toko jam sekaligus orang yang membebaskannya dari panti asuhan.


Frederick memiliki trauma masa lalu yang membuatnya menjadi pribadi yang tertutup dan sulit untuk mempercayai orang lain. Ada banyak pertanyaan yang mengganggu benaknya, namun untuk mencari jawaban ia harus melawan ketakutannya untuk membuka kunci gerbang masa lalu yang sudah ia tutup rapat-rapat.


Berpindah lagi ke sebuah hotel tempat Hannah bekerja untuk menafkahi keluarganya. Penyakit yang menimpa ayahnya membuat gadis itu harus merelakan sekolahnya. Di hotel itu juga, ia bertemu dengan Madame Pomeroy—wanita kaya yang nantinya menjadikan Hannah sebagai pelayan pribadi.


Pada setiap babnya, Fieries akan melihat ketiga sudut pandang yang berbeda secara bergantian dibagi secara merata, sehingga cerita tidak terasa berat sebelah. Yang akhirnya membuat kita sadar, bahwa rasa kasih memberikan dorongan bagi kita untuk melakukan sesuatu diluar dugaan—yang bahkan kita sendiri tidak pernah membayangkannya.



"Teman-teman adalah komoditas yang sangat berharga. Kadang-kadang aku berpikir seharusnya aku mengumpulkan mereka lebih banyak"

Seperti kutipan di atas, manusia merupakan makhluk sosial. Ketika kita menyebarkan kebaikan kesekeliling kita, maka relasi yang terbentuk juga akan memberikan dampak positif untuk diri sendiri.


Ketiga anak dengan masalah yang berbeda namun ternyata terdapat benang merah di dalamnya—menghubungkan dan membawa mereka ke dalam petualangan yang tak terduga! Melibatkan sejarah kota yang mereka tinggali, juga pria tua yang jatuh cinta pada cagar alam kota.

Petualangan, sihir, teman, cinta, kepercayaan juga harapan menjadi komponen penting yang menyertai keberlangsungan cerita.


Narasinya kuat dan ada hal-hal yang bisa kita pelajari. Stuktur mesin jam, hukum perlindungan/pengasuhan anak, asosiasi dan masih banyak lagi. Membuat Fierofea yakin bahwa penulis sangat menikmati proses menulisnya, karena riset yang dilakuan gak main-main! Karakter yang dibangun tiap tokohnya juga masuk akal dengan keadaan dan pengalaman yang mereka alami, sehingga tidak terasa berlebihan atau dipaksakan.


Bahasa dan alur yang dikemas dengan baik oleh penulis, membuatnya terasa ringan dan mudah dipahami. Matthew J. Kirby tidak hanya menawarkan hal yang menyenangkan, tapi juga menghangatkan pembaca.


Selalu ada solusi untuk setiap masalah, jawaban untuk setiap pertanyaan, dan kesempatan bagi mereka yang memberanikan diri untuk mencoba. Tampaknya ketiga anak ini percaya akan hal itu, apa Fieries juga mempercai hal yang sama?

 

Tertarik untuk membaca buku ini? Jangan lupa bagikan pengalaman dan kesan kalian ya! Yuk pantengin twitter Fierofea di @fierofeabooks dan IG @fierofea.books biar gak ketinggalan review buku selanjutnya.

Let's #SpreadSofea with Fierofea, Fieries!

bottom of page