top of page
  • Fierofea Books

Perempuan dan Karyanya: 3 Penulis Perempuan Hebat dari Indonesia.

Penulis: Shima Sari Dewi


There is no limit to what we, as women, can accomplish.


Apakah Fieries pernah mendengar kutipan tersebut? Yep, kutipan tersebut berasal dari Michelle Obama, yang berarti sebagai perempuan tidak ada batas dalam mencapai dan menggapai sesuatu. Untuk merayakan sebagai seorang perempuan, dalam rangka International Women’s Day di bulan Maret ini, Fierofea bakal kenalin Fieries dengan tiga penulis perempuan hebat dari Indonesia. Yuk kita simak!


Dewi “Dee” Lestari

Bagi para penggemar kisah Filosofi Kopi, mungkin nama Dewi Lestari ini sudah tidak asing lagi untuk didengar. Dewi Lestari Simangunsong atau yang akrab disapa dengan ‘Dee’, adalah seorang penulis kelahiran kota Bandung pada tahun 1976. Sebelum dikenal sebagai penulis, Dewi Lestari dikenal sebagai salah satu anggota dari trio vokal Rida Sita Dewi. Namanya mulai melambung sebagai penulis setelah ia menerbitkan novel Supernova di tahun 2001.


Awal karirnya dalam bidang kepenulisan berawal dari saat cerpennya yang berjudul Sikat Gigi dimuat pada buletin seni media mengenai budaya di Bandung, yaitu Jendela Newsletter. Tidak hanya itu, ia juga memenangkan kompetisi menulis dari majalah Gadis pada tahun 1993 dengan karya berjudul Ekspresi. Beberapa tahun kemudian, cerita bersambungnya yang bertajuk Rico The Coro yang berhasil dimuat di majalah Mode.


Buku-buku yang ditulis oleh Dewi Lestari juga beragam, Fieries! Yakni ada novel serial Supernova yang memiliki enam buku berjudul Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang (2014), dan Intelegensi Embun Pagi (2016). Dilanjutkan dengan berbagai buku lainnya yakni Filosofi Kopi (2006), Rectoverso (2008), Perahu Kertas (2009), Madre (2011), Kepingan Supernova (2017), Aroma Karsa (2018), Di Balik Tirai Aroma Karsa (2018), dan Rantai Tak Putus (2020). Karya-karyanya yang penuh dengan alur cerita yang unik menjadi alasan kenapa karya-karya Dewi Lestari digemari oleh banyak pembacanya. Salah satu karyanya yang berjudul Aroma Karsa membawa Dewi Lestari mendapatkan predikat Book of The Year oleh IKAPI pada tahun 2018.


“Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.”

- Dewi Lestari, dalam Filosofi Kopi.


Okky Madasari

Karya-karya dari Okky Madasari dikenal sebagai karya yang berani dalam membangun kesadaran pada pembacanya. Diambil dari sudut pandang yang begitu unik dan tidak umum untuk diulik oleh penulis menjadikan karya-karya Okky mempunyai nilai tersendiri untuk pembacanya. Ketidak adilan dan ketimpangan sosial menjadi salah satu topik yang sering kali dibawa oleh Okky Madasari pada karya-karyanya.


Novel pertama Okky Madasari yang berjudul Entrok (2010) bercerita tentang kehidupan seorang masyarakat yang takluk pada kekuasaan militer pada masa Orde Baru di Indonesia. Lalu novel setelahnya yang berjudul Pasung Jiwa (2013) juga mengambil sudut pandang dari transgender yang hidup sebagai minoritas.


Dari sudut pandang yang berani diangkat oleh Okky Madasari inilah yang membawanya dengan berbagai penghargaan untuk karyanya, seperti memenangkan Khatulistiwa Literary Award di tahun 2012 untuk novelnya yang berjudul Maryam. Tidak hanya penghargaan, Okky Madasari pun juga mendapatkan pengakuan secara internasional melalui novel Entrok yang sudah diterbitkan dengan versi bahasa Inggris.


“Kesadaranku yang menentukan apa yang aku ingat dan aku pikirkan. Aku tuan atas tubuhku. Aku majikan atas pikiranku.”

- Okky Madasari, dalam Pasung Jiwa.


Leila S. Chudori

Beberapa waktu yang lalu, salah satu buku karangan Leila S. Chudori yang berjudul Laut Bercerita menjadi sebuah buku yang sering direkomendasikan oleh para pembaca di media sosial TikTok. Tapi siapa sih kira-kira sosok Leila S. Chudori ini?


Leila S. Chudori adalah seorang penulis kelahiran tahun 1962 yang cukup dikenal dikalangan para sastrawan. Sejak usia belia, karyanya sering kali ditampilkan pada majalah-majalah seperti majalah Si Kuncung pada tahun 1973. Dilanjutkan dengan karyanya yang diterbitkan pada majalah-majalah remaja seperti Kawanku, Hai, dan Gadis. Saat di bangku kuliah, ia juga telah menerbitkan sebuah kumpulan buku cerita pendek karyanya yang berjudul Malam Terakhir (1989). Pada tahun 2009, ia juga menerbitkan kembali buku-buku cerita pendek karyanya yang berjudul 9 dari Nadira.


Karya nya yang saat ini sedang diperbincangkan oleh banyak pembaca muda saat ini, Laut Bercerita, bercerita mengenai perjuangan seorang aktivis mahasiswa pada masa Orde Baru. Karya nya kali ini berhasil membuat pembaca merasa ikut terbawa oleh emosi dari alur cerita yang dituliskan olehnya. Tidak heran, jika buku ini begitu digemari banyak pembacanya saat ini.

Selain buku-buku karangannya yang menarik, Leila S. Chudori juga memenangkan Penghargaan Sastra Badan Bahasa di tahun 2011 untuk buku cerpennya yang berjudul 9 dari Nadira.


“Aku tak tahu apakah aku sudah membuat jejak atau belum selama hidupku. Sudah.

Kamu membuat bait pertama dari puisi hidupmu. Kamu melawan.”

- Laila S. Chudori, dalam Laut Bercerita.

 

Ternyata penulis-penulis perempuan di Indonesia juga tidak kalah hebat ya, Fieries! Semoga dengan semangat dari tulisan dan karya-karya mereka juga membawa semangat untuk kita agar tetap terus berbuat kebaikan bagi orang-orang terdekat ya, Fieries. Yuk dukung terus penulis-penulis perempuan hebat lainnya!


Selalu pantengin twitter Fierofea di @fierofeabooks dan IG @fierofea.books biar gak ketinggalan informasi lainnya ya!


Let's #SpreadSofea with Fierofea, Fieries!



bottom of page