top of page
  • Fierofea Books

Diskriminasi Preferensi Bacaan Kepada Sesama Pembaca

Penulis: Nadia Asne Sashuang


Pernahkah kamu bertemu seseorang yang menilai pengetahuanmu melalui preferensi bacaanmu? Atau pernahkah kamu menganggap rendah seseorang karena pilihan genre bacaannya?


Fenomena diskriminasi akan preferensi baca ini kerap disebut sebagai book shaming. Dimana pembaca mengomentari bacaan pembaca lain dengan kurang mengenakkan. Pelaku book shaming biasanya merasa superior dengan bacaannya, maka dari itu mereka menganggap rendah buku bacaan yang tidak sesuai dengan tipe bacaan mereka.


Mengapa fenomena ini bisa terjadi?

Beberapa orang beranggapan bahwa membaca buku yang cenderung mudah untuk dicerna seperti genre romance atau young-adult merupakan bacaan yang dangkal sehingga tidak memberikan pengaruh berupa ilmu pengetahuan bagi pembacanya. Padahal, para penikmat genre tersebut menemukan kenyamanan didalamnya. Dan bagi beberapa orang, membaca berarti memasuki dunia dimana mereka tidak harus terus-menerus berkutat dengan sibuknya dunia nyata atau singkatnya menjadi sebuah eskapisme.


Selain dari superioritas genre tertentu, ada juga fanatisme pada satu genre. Konteks nya bukan mengenai keharusan untuk mengeksplorasi macam-macam genre, melainkan bagaimana seorang pembaca sangat menyukai suatu tipe bacaan hingga menjelek-jelekkan bacaan orang lain. Salah satu contohnya saat seseorang yang menyukai genre A berkata, “Penyuka genre B itu sangat monoton. Hidupnya serius terus. Tidak tahu cara bersenang-senang.” Bagi beberapa orang, membaca berarti mencari ilmu pengetahuan baru.


Apa saja, sih, dampak dari diskriminasi tersebut?

Dampak bagi pembaca yang menjadi target book shaming ini biasanya mereka jadi malu untuk membicarakan genre kesukaan mereka. Bahkan malu untuk mengakuinya. Dalam beberapa kasus, pembaca ini berpura-pura menyukai genre yang dipandang lebih superior agar tidak dipandang rendah lagi.


Nah, hal ini pula yang menyebabkan banyak dari pembaca memberi penilaian yang tidak berdasarkan kejujuran. Seringkali mereka memberi rating sesuai dengan ulasan orang lain. Jika penilaian yang diberi rata-rata rendah, maka ia akan memberi rating yang rendah, begitu pula sebaliknya.


Bukan sedikit orang yang jadi malas membaca karena komentar orang lain akan tipe bacaan mereka. Hal ini terjadi karena mungkin ucapan orang lain kurang mengenakkan yang menyebabkan kurangnya minat bacaan seseorang.


Bagaimana cara menghentikannya?

Mudah sekali untuk menghentikan book shaming dari diri sendiri. Dimulai dari menghargai preferensi baca orang lain. Tidak semua orang harus menyukai genre yang kita sukai. Satu hal yang harus kita ingat adalah bahwa semua bacaan terdapat kelebihannya.


Pada genre yang dianggap inferior, kita dapat mengetahui perspektif dari berbagai tokoh dan lebih memahami cara berkomunikasi dengan orang lain melalui komunikasi yang dilakukan oleh tokoh fiktif didalamnya. Dan pada genre yang dianggap serius serta monoton, kita dapat memahami isu-isu di dunia secara lebih mendalam.


Tidak sulit untuk menjaga perkataan kita dan memang betul kita tidak bisa mengendalikan perkataan orang lain. Oleh sebab itu, jika kamu menjadi korban book shaming perlu diingat bahwa apa yang kamu baca bukan untuk validasi orang lain. Kamu membaca untuk kepuasan dirimu, jadi perkataan yang kurang mengenakkan itu lebih baik abaikan saja.


Komentar orang lain akan terus-menerus kita dengar, bahkan pada hal kecil seperti kebiasaan membaca sekalipun. Tetap baca apapun itu genre yang kamu sukai. Walaupun bagi orang lain bacaanmu itu bukan sebuah bacaan yang memberi pengetahuan baru. Kualitas bacamu tidak ditentukan oleh opini orang lain.


Selalu pantengin twitter Fierofea di @fierofeabooks biar gak ketinggalan informasi lainnya ya!

Let's #SpreadSofea with Fierofea, Fieries!


bottom of page