Penulis: Nadia Asne Sashuang

Hi Fieries! Apa kabar? Semoga kita semua baik-baik saja hari ini dan kedepannya, ya!
Di zaman modern ini, sosial media menjadi peranan utama dalam memengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Mulai dari gaya hidup hingga tatanan kehidupan. Tak jarang, hal ini berakibat negatif bagi manusia itu sendiri.
Salah satunya adalah FOMO. FOMO sendiri adalah singkatan dari Fear of Missing Out yang spesifiknya pada sosial media adalah rasa takut atas ketertinggalan dengan tren terbaru, misalnya saja pada tren BookTok.
BookTok adalah semacam komunitas atau kategori perbukuan di salah satu aplikasi bernama TikTok. Yang dibagikan di BookTok bermacam-macam. Mulai dari skit hingga kritik. Namun, ada juga video rekomendasi-rekomendasi buku dari sesama pembaca.
Sebagian orang di kalangan pecinta buku biasanya merasa wajib untuk membeli buku yang sedang hangat dibicarakan. Terkadang, buku-buku yang memang bukan dengan genre yang disukai pun tetap dibeli. Alasannya karena takut trennya akan segera terlewatkan atau karena semua orang sedang membicarakannya, jadi rasanya tidak afdal kalau tidak baca.
Bahkan bisa saja muncul perasaan dimana seseorang merasa semacam penyesalan karena tidak ikut tren. Seperti perasaan bersalah dimana rasanya orang itu bukan pembaca sungguhan.
Permasalahan FOMO di kalangan pecinta buku ini cukup rumit dan berkepanjangan. Khususnya bagi para pelajar yang tidak memiliki pemasukan untuk mengikuti tren yang terus berganti.
Akibat negatif dari FOMO adalah impulsivitas saat membeli buku. Dimana ketika seseorang membeli dengan impulsif dan tidak terkendali, maka akan terjadi penimbunan buku.
Terkadang penimbunan buku justru mengakibatkan terlantarnya buku-buku. Walaupun tidak semua orang yang punya banyak buku melakukan hal tersebut, tetapi ada saja yang hanya mengumpulkannya. Memang betul, buku tersebut adalah hak milik mereka sepenuhnya. Tapi ada baiknya tetap dirawat agar jika suatu hari nanti mereka membutuhkannya, tidak perlu repot memikirkan yang macam macam. Entah buku tersebut hilang atau bahkan rusak.
Nah, ada lho, tips untuk mencegah terjadinya penimbunan buku! Yuk disimak!
1. Memilih Prioritas dan Memilah Tanggung Jawab.
Apakah menurutmu buku adalah sebuah prioritas? Karena membaca adalah sumber bahagia banyak orang, tak jarang buku ditempatkan di list bagian atas. Namun karena kondisi dan situasi, buku sebagai prioritas dapat turun ke list menengah. Dengan tanggung jawab yang kamu punya, otomatis tanggung jawab kamu akan menjadi prioritas utama. Seperti contohnya memiliki hewan peliharaan dan tanaman yang harus dirawat.
2. Menunggu 24 Jam
Langkah lain yang dapat kamu ambil adalah menunggu sesaat sebelum membeli. Bagi sebagian orang, lebih baik menahan rasa kecewa saat tidak checkout dibandingkan saat mereka 'sadar' bahwa mereka membeli buku lagi. kamu bisa menunggu sehari untuk checkout untuk meyakinkan diri sendiri apakah kamu benar-benar menginginkan buku itu. Bahkan jika kamu masih merasa ragu, kamu bisa menunggu dua hari. Tapi jika setelah dua hari kamu masih ragu, ada baiknya kamu tidak perlu menunggu untuk meyakinkan lagi karena mungkin keraguanmu berarti kamu memang tidak ingin buku itu.
3. Disiplin dan Komitmen
Selain mendewasakan diri, disiplin dan komitmen juga mampu menahan kamu dari impulsivitas. Yakni bahwa kamu berkomitmen untuk tidak membeli buku sampai buku yang sedang kamu baca selesai. Dengan cara ini, kamu bisa meminimalisir rasa untuk memiliki buku-buku yang sedang hangat dibincangkan. Selain itu, dengan cara ini kamu jadi lebih bisa memaknai waktu yang kamu habiskan untuk membaca satu buku dan memaknai bukunya lebih khidmat.
4. Beristirahat Sejenak
Dari tiga tips yang sudah di sebutkan diatas, tips ini merupakan kuncinya. Saat kamu mulai merasa jenuh karena kamu ingin beli buku ini dan itu tapi disisi lain kamu tidak benar-benar menginginkannya, ada baiknya menarik diri dari aspek yang "menggoda imanmu" untuk sementara waktu. Tidak perlu lama-lama, hanya sampai kamu sudah tidak memikirkan buku itu lagi. Dan sewaktu kamu menarik diri, kamu bisa mencari kesibukan lain agar kamu bisa melupakan buku-buku itu.
Ada satu hal yang perlu kamu ingat: banyaknya buku itu tidak menjamin apapun. Memiliki banyak buku tidak membuat setiap orang bahagia dan memiliki sedikit buku tidak buat orang tersebut sengsara. Koleksi atau tidak, yang penting kamu bahagia!
Selalu pantengin twitter Fierofea di @fierofeabooks dan IG @fierofea.books biar gak ketinggalan informasi lainnya ya! Let's #SpreadSofea with Fierofea, Fieries!
Comments