top of page
  • Fierofea Books

A untuk Amanda—Book Review

Penulis: Rahma Fadhila


Amanda punya satu masalah kecil: dia yakin bahwa dia tidak sepandai kesan yang ditampilkannya. Rapor yang semua berisi nilai A, dia yakini karena keberuntungan berpihak padanya. Tampaknya para guru hanya menanyakan pertanyaan yang kebetulan dia tahu jawabannya.


Namun tentunya, tidak mungkin ada orang yang bisa beruntung setiap saat, kan?


 A untuk Amanda—Book Review from Fierofea

Setelah dipikir-pikir, sepertinya itu bukan masalah kecil. Apalagi mengingat hidupnya diisi dengan serangkaIn perjanjian psikoterapi. Ketika pulang dengan resep antridepresan, Amanda tahu masalahnya lebih pelik daripada yang siap diakuinya.


Di tengah kerumitan dengan pacar, keluarga, dan sekolahnya, Amanda harus menerima bahwa dia tidak bisa mendapatkan nilai A untuk segalanya.

 

Annisa Ihsani menggambarkan masalah yang umum dialami oleh para remaja, salah satunya yang saat ini sudah semakin sering dibicarakan: mental health.


Amanda merupakan siswi berprestasi di sekolah swasta termahal nomor 2 di kotanya. Semuanya tampak normal, ia selalu mendapat nilai A di semua mata pelajaran, berpacaran dengan teman masa kecilnya, memiliki saingan akademi yang sportif dan tinggal bersama ibunya dengan layak.


Ketika hidup terasa sangat menyenangkan, dan boom! muncul pemikiran yang menjadi awal kegelisahannya: mungkin selama ini Amanda hanya seorang penipu?


“Tadinya kukira orang mengalami depresi ketika ada sesuatu yang salah dengan hidup mereka. Tapi bagiku, depresi datang ketika segala hal dalam hidupku berjalan dengan sempurna.”

Berawal dengan penjelasan Ayahnya mengenai peristiwa munculnya pelangi, ia bertekat untuk menjadi seorang ilmuwan. Amanda belajat dengan giat dan membuahkan hasil yang baik: selalu berhasil meraih ipk 4.0 dan bisa menjawab seluruh pertanyaan di kelas. Keinginannya untuk kuliah di luar kota mendorongnya agar lebih giat lagi. Namun kegelisahannya justru membuatnya sulit untuk fokus. Amanda merasa ada yang salah dengan dirinya, entah itu mulai sulit untuk bangun dari tempat tidur, sulit menentukan pilihan dan perubahan mood yang terlalu cepat.


Bagaimana kalau selama ini semua nilai A itu didapatkan karena keberuntungan semata? Bagaimana kalau sebenarnya Amanda itu bodoh, dan orang lain akan segera mengetahuinya? Dia akan gagal menjadi lulusan terbaik, gagal kuliah, lalu bekerja sebagai pramusaji restoran cepat saji.


Yap, Amanda mengidap depresi, dan Fieries tau apa yang orang-orang katakan?

  1. Ini semua karena Amanda adalah seorang agnostik.

  2. Amanda terlalu berlebihan, semua orang juga merasakannya.

  3. Amanda hanya kurang hiburan.

  4. Cari perhatian, ya?

Dengan omongan dari kanan-kiri, bagaimana Amanda akan menerima keadaannya?

 

Memang sudah banyak sekali buku-buku yang mengangkat isu depresi, tapi penulis berhasil membuat pembaca jadi lebih mudah memahami bagaimana rasanya berada di posisi tersebut. Dengan alur campuran, yang dimulai dengan percakapan Amanda bersama therapistnya, lalu kembali ke awal mula permasalahan dan proses dalam pengobatannya.


Buku ini juga sangat cocok bagi remaja, karena latar, tokoh dan permasalahan yang umum terjadi. Misalnya Amanda, cewek pintar dengan penampilan yang biasa-biasa aja, Tommy sebagai cowok populer yang senang tinggal di kota kelahirannya atau Helen si cewek populer yang terkesan rempong dan sering diremehkan.


Yang menarik, Annisa menggunakan gaya bahasa yang membuat Fieries seakan-akan membaca buku terjemahan. Teknik penulisan dilakukan dengan baik sehingga gak terkesan kaku atau membosankan, jadi jokes tiap tokohya juga tetap lucu dan menyenangkan saat dibaca.


Masalah Amanda dengan pacar, sekolah dan lingkungannya pun tetap masuk akal, gak mengada-ngada atau dipaksakan. Penulis gak hanya membahas isu mental health, tapi juga memasukkan unsur-unsur lain seperti feminisme, sains, ilmu komputer dan sedikit selipan romance. Penggunaan istilah dan kutipan yang agak ilmiah di dalam cerita justru membuat buku ini semakin menarik.


“Kau tidak butuh persetujuan saya, Amanda. Apa pun yang saya dan orang lain pikirkan, itu tidak penting. Satu-satunya hal yang berpengaruh adalah apa yang kaupikirkan tentang dirimu sendiri.”

Depresi sendiri—walaupun sudah mulai marak diperbincangkan di Indonesia—juga masih tabu bagi banyak orang. Amanda sering kali mendengar omongan yang gak mengenakkan, seakan-akan apa yang dirasakannya itu tidak valid. Namun, dengan memberanikan diri untuk bicara dan jujur terhadap apa yang dirasakan justru merupakan cara untuk menyayangi diri sendiri. Fieries juga akan belajar banyak hal dari buku ini. Gimana rasanya konsultasi, apa aja penyebab dari depresi, hingga hal-hal apa yang bisa kita lakukan untuk mengontrol pikiran dan emosi kita.


Ada banyak pesan moral yang bisa kita ambil dari buku ini, Fieries gak bakal nyesel deh! Gimana, penasaran sama buku A untuk Amanda?

 

Hmm, bagusnya review buku apa lagi ya? Yuk pantengin twitter Fierofea di @fierofeabooks dan IG @fierofea.books biar gak ketinggalan review buku selanjutnya.

Jangan lupa jaga kesehatan mental kalian ya, Fieries! Yuk belajar jujur dengan diri sendiri 💜

Let's #SpreadSofea with Fierofea, Fieries!



bottom of page